BORERO.ID TERNATE – Warga Maluku Utara khususnya di Kota Ternate, Rabu 18 Januari 2023, siang tadi dikejutkan dengan gampa bumi berkekuatan magnitudo 7,1 berasal dari Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Gempa bumi yang menguncang Sulut ini berada pada titik jarak 141 km Tenggara Melonguane dengan kedalaman 64 km, namun tidak berpotensi tsunami.
Kepala Kepala Kantor BMKG Kelas tiga Ternate, Andri Wijaya Bidang, menjelaskan gempa yang terjadi berkakuatan 7,1 itu dengan lokasi 2.8 lintang utara sampai dengan 127.11 bujur timur kedalam 64 km tidak berpotensi tsunami. Kejadiannya berada di laut Maluku dengan sumber kejadian akbit dari patahan atau suduksi lempeng laut Maluku dan Halmahera dan lempeng sainge.
Gempa tersebut dirasakan hampir semua wilayah di Maluku Utara, dua hingga tiga MMI. “Informasinya hampir seluruh wilayah Maluku Utara dirasakan dan sebagian di Sulawesi Utara serta Gorontalo, intensitasnya antara dua sampai tiga MMI. Kalau dari Maluku Utara sendiri sekitar 141 km, jika dengan Tobelo itu 154 km barat laut, tapi kalau dekatnya di Melonguane Sulut,” kata Andri.
Potensi Banjir ROB
Sementara, Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis potensi banjir pesisir (ROB) di wilayah pesisir Indonesia termasuk Maluku Utara.
“Adanya fenomena super new moon atau fase bulan baru yang bersamaan dengan perigee atau jarak terdekat bulan ke bumi pada tanggal 21 Januari 2023 berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum,” kata Eko Prasetyo, Kepala Pusat Meteorologi Maritim melalui siaran persnya.
Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir pesisir atau rob berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Indonesia. Untuk wilayah tersebut di antaranya: Pesisir Aceh, Pesisir Sumatera Utara, Pesisir Sumatera Barat, Pesisir Lampung, Pesisir Kepulauan Riau, Pesisir Bangka Belitung, Pesisir Banten, Pesisir Utara DKI Jakarta, Pesisir Jawa Barat serta Pesisir Jawa Tengah.
Selanjutnya Pesisir Jawa Timur, Pesisir Bali, Pesisir Nusa Tenggara Barat, Pesisir Nusa Tenggara Timur, Pesisir Kalimantan Barat, Pesisir Kalimantan Tengah, Pesisir Maluku Utara, Pesisir Maluku, Pesisir Utara Papua dan Pesisir Papua Selatan.
Potensi banjir pesisir tersebut berbeda waktu baik hari dan jam di tiap (20) wilayah terdampak. “Yang secara umum berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat,” kata Eko Prasetyo.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG. (Red)