Penulis : Aprilia Anggi Santoso
(Mahasiswa)
Jelang libur natal dan tahun baru (Nataru), sejumlah komoditas pangan menunjukan tren kenaikan harga. Salah satunya yaitu harga telur ayam di beberapa pasar di Indonesiamengalami kenaikan sejak beberapa hari yang lalu.Harga telur ayam sejak dari akhir Novembermenunjukkan trend kenaikan harga di tingkat produsen sebesar Rp 27.250/Kg di tingkat nasional.Harga Produk pangan selalu menunjukkan tren fluktuatif di sepanjang tahun. Penyebab harga telur ayam berfluktuasi dapat dilihat dari sisi permintaan dan penawaran.
Permintaan
Fluktuasi harga tersebut terjadi karena tingginya permintaan di saat hari-hari besar keagaaman danTahun baru. Kenaikan permintaan ini harusnya secara mekanisme pasar akan direspons produsen dengan menaikkan produksi, namun tidak dapat dilakukan secara spontan. Apalagi di lingkungan peternakan rakyat yang saat ini lagi krisis sulit menangkap peluang tersebut, tidak demikian dengan peternak skala besar mungkin akan lebih mudah
Penawaran
Kenaikan harga input produksi terutama jagung pakan juga menjadi penyebab lainnya harga telur naik. Mahalnya hargapakan berdampak secara signifikan terhadap harga pokok produksi telur dan produk peternakan unggas lainnya, mengingat jagung merupakan salah satu komponen pakan unggas yang banyak digunakankarena pakan merupakankomponen terbesar dari biaya produksipeternak unggas, yaitu sekitar 75%.
Dilansir dari PIHPS Nasional atau Pusat Informasi Harga Pangan Strategi bahwa harga telur ayamtingkat nasional (1/12) berkisar Rp30.050/Kg dan (14/12) berkisar dari Rp31.250/Kg artinya dalam kurun waktu dua minggu harga telur telah mengalami kenaikan sebesar 96.16 persen. Sedangkan pada tingkat provinsi dengan tren harga telur ayam terendah adalah provinsi Bali dengan rata-rata harga dari tanggal awal desember hingga 14 desember 2022 adalah Rp25.586/Kg dan provinsi dengan tren harga telur ayam tertinggi adalah provinsi Maluku dengan rata-rata harga adalah Rp40.507/Kg.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa harga telur ayam di tingkat nasional cenderung berfluktuatif di sepanjang tahun dan cenderung mengalami kenaikan di akhir tahun. Sedangkan pada tingkat provinsi di seluruh Indonesia telur ayam memiliki disparitas harga yang sangat berbeda. Disparitas harga telur ayam di setiap daerah juga perlu di tinjau oleh pemerintah mengingat komoditi ini memiliki tren harga yang cenderung berfluktuatif di tingkat Nasional. Disparitas harga yang tinggi pada komoditi telur ayam di setiap daerah dapat mengakibatkan berkurangnya stok baik di tingkat nasional maupun daerah.
Untuk mengurangi kesenjangan harga telur antar provinsi di Indonesia diperlukan sistem logistik dan transportasi intermoda untuk memperkuat ketersediaan telur untuk wilayah-wilayah yang tersebar, terpisah oleh lautan dan jauh dari sentra produksi. Selain itu, perlu dibangun gudang serta logistik rantai dingin untuk komoditas telur di setiap wilayah non produksi. Penggunaan system informasi dan teknologi dalam logistik/E-logistics perlu dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi sehingga mengurangi disparitas harga telur antar provinsi.
Upaya jangka panjang adalah dengan menjadikan provinsi-provinsi yang semula sentra non produksi menjadi sentra produksi secara bertahap setidaknya memenuhi kebutuhan wilayahnya masing-masing. Kerjasama yang melibatkan ABCG diantaranya mengembangkan contract farming dan kerjasama usaha antara petani muda dengan perusahaan mitra dapat menjadi salah satu strategi untuk menumbuhkan sentra-sentra produksi baru penghasil telur ayam. Dengan demikian, harapannya ke depan tidak akan terjadi disparitas harga telur antar provinsi di Indonesia. (Aas)