Program KKP Gerakan Nelayan Kayu Merah Bersihkan Sampah Laut Ternate

Kelompok nelayan kayu merah/lurah kayu merah asri bailusy || dok : borero.id

BORERO.ID TERNATE— Upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mewujudkan lima program strategi kebijakan ekonomi berkelanjutan atau ekonomi biru di sektor kelautan dan perikanan.

Program tersebut diantaranya, pertama terkait perluasan kawasan konservasi. Kedua penangkapan ikan terukur, ketiga pengembangan budidaya berkelanjutan dan ramah lingkungan. Keempat, pengawasan pengelolaan sumber daya di pesisir dan pulau-pulau kecil. Kelima, gerakan partisipasi nelayan dalam membersihkan sampah laut.

Program KKP itu kemudian diimplementasikan pada 18 Kabupaten/Kota di Indonesia, salah satunya Kota Ternate. Namun dari lima program itu, salah satunya gerakan partisipasi nelayan dalam membersihkan sampah laut ditangani langsung 70 nelayan Kota Ternate yang  tersebar di Kelurahan Kayu Merah dan Jambula. Para nelayan ini dijadikan semacam agen atau satgas pembersih sampah laut serta dibentuk dalam kelompok.

Di kelurahan Jambula melebihi satu kelompok, sementara di Kayu Merah hanya satu kelompok yang diberi nama KUB Bulan Cinta Laut (BCL). Pejabat Kelurahan Kayu Merah, Asri Bailusy, intens mendampingi mereka. Sekedar diketahui, program KKP ini dicetuskan sejak 5 Juli sampai dengan 14 September 2023.

Asri menyatakan, setelah mendapat sosialisasi dari program tersebut, Kota Ternate dipilih KKP karena representatif memiliki bentang laut yang luas, dan banyak masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. “Lokasi Kayu Merah dan Jambula dijadikan sebagai perwakilan program KKP terutama menyangkut gerakan partisipasi nelayan dalam membersihkan sampah laut,” kata Lurah Kayu Merah kepada media ini, Minggu (27/8/2023).

Nelayan kayu merah saat memungut sampah di laut/hasil pengumpulan sampah di laut dan pesisir pantai || dok : borero.id

Menurut Asri, dalam menjalankan program itu KKP berupaya memberikan multiplayer effect dari segi ekonomi. Sampah-sampah yang dikumpulkan nelayan tidak ditumpuk dan berakhir di tempat pembuangan begitu saja. Namun KKP berupaya membangun skema bisnis. Caranya dengan menggandeng stakeholder lainnya. Sampah bernilai ekonomis akan dijual kepada bank sampah, pengepul atau offtaker lainnya.

Sementara residu yang tidak dapat diuangkan akan dibawa oleh petugas Dinas Lingkugan Hidup Kota Ternate untuk ditangani sebagaimana mestinya. “Dalam arti bahwa KKP memfasilitasi untuk menghubungkan antar lini. Untuk harga sampah yang dijual nanti mengikuti harga pasar,” ujarnya.

Asri menambahkan dalam sosialisasi itu,  KKP berharap dapat dijadikan embrio untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian laut sehingga tangkapan nelayan juga bisa meningkat. ” KKP menginginkan dari 70 agen itu nanti bisa menularkan pemahaman kepada nelayan-nelayan lainnya,” kata lurah Kayu Merah. (*)

Penulis : Tim

Editor : Sandin Ar

\

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *