HALBAR  

Sejarawan dan Budayawan Unkhair Ternate Gelar FGD Soal Kerajaan Loloda

FGD Inventarisasi dan Dokumentasi Karya Budaya Kerajaan Loloda yang berlangsung di Desa Soa-Sio, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat || Foto : istimewa

BORERO.ID HALBAR – Sejarawan dan Budayawan Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Mustafa Mansur, menggelar Focus Group Discussion atau FGD Inventarisasi dan Dokumentasi Karya Budaya Kerajaan Loloda. Kegiatan ini berlangsung di Desa Soa-Sio, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat (Halbar), Kamis, 9 November 2023 kemarin.

FGD ini dihadiri oleh Muspika Kecamatan Loloda, unsur pemerintah desa, para tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, dan tim Monitoring Program Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI.

FGD ini merupakan dukungan dari bantuan Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan tahun 2023 yang merupakan bagian dari program Indonesiana yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI.

Mustafa Mansur, kepada media ini mengatakan, kegiatan FGD ini bermaksud menggali informasi dan masukan dari berbagai pihak terutama tokoh adat dan tokoh masyarakat serta pemerintah setempat, terkait potensi-potensi karya budaya Kerajaan Loloda baik masa di lampau dan saat ini untuk dilakukan inventarisasi dan didokumentasikan sebagai karya budaya.

“Tujuannya adalah melindungi dan melestarikan warisan budaya Kerajaan Loloda agar terhindar dari ancaman kepunahan. Sementara target dari kegiatan ini yakni terwujudnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya,” sebut dosen Fakultas Ilmu Budaya Unkhair Ternate ini.

Pria yang juga salah satu pemenang dan pelaksana hibah kompetensi Interaksi Budaya Domestik tahaun 2023 Program Indonesiana pada Festival Budaya Keraton Pakunegara Tayan Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat itu mengatakan, manfaat dari kegiatan ini di antaranya menghasilkan data karya budaya Indonesia yang diperbaharui secara berkala, memudahkan penyusunan rencana dan pengambilan kebijakan perlindungan warisan budaya, serta memudahkan penyusunan laporan perkembangan karya budaya Indonesia secara berkala.

“Jadi dari sisi akademisi, karya budaya ini dapat menjadi sumber penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan bahan pengayaan pembelajaran di perguruan tinggi,” kata Mustafa.

Ia berharap, dampak dari kegiatan ini dapat memberikan manfaat kepada lembaga Kerajaan Loloda dalam mengelolah dokumentasi karya budaya untuk dikemas menjadi paket wsiata yang memiliki nilai penting (signifikansi budaya) dan nilai ekonomi (pariwisata).

“Bahwasanya karya budaya ini dapat menjadi daya dukung pariwisata oleh karena memiliki sifat pengembangan berkelanjutan di bidang wisata sejarah dan budaya,” tandas Ketua Monitoring Centre for Sustainable Tourism Observatories (MCSTO) Universitas Khairun ini.

Perlu diketahui, FGD ini dibuka oleh Camat Loloda yang diwakili oleh Sekcam, K. Saklaressy. Tokoh adat yang hadir diantaranya, Kapita Lau; Kaicil Sahil Sahjuan, Kapita Kie; Jefri Toseho, Kapita Juanga; Yopi Luo, Bakulu Malamo; Heres Lalolomo, Kedi Mabalusu; Bapak Yonatan Tuka, Pemangku Adat Tasye; Daniel Moraka, Juru Kunci Penjaga Situs Kedaton Kerajaan Loloda; Ati Hakim. (*)

\

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *