BORERO.ID TERNATE – Banjir bandang yang melanda Kelurahan Rua, Pulau Ternate, Kota Ternate, pada Minggu (25/8) lalu, menyebabkan 18 korban meninggal dunia, satu korban masih dalam pencarian tim SAR Gabungan, dan menghancurkan sekitar 25 unit rumah warga.
Bencana ini memaksa ratusan jiwa dari 42 kepala keluarga harus diungsikan ke lokasi lebih aman.
Hal itu membuat Pemerintah Kota Ternate, bersama seluruh pemangku kepentingan terkait, terus memaksimalkan upaya penanggulangan bencana dan tanggap darurat, sesuai arahan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Langkah-langkah ini meliputi penanganan pengungsi hingga pembangunan rumah tinggal bagi korban banjir.
Ketua Posko Bencana, Rizal Marsaoly, mengungkapkan, pihaknya telah mengadakan rapat koordinasi bersama tim penanggulangan bencana dan tanggap darurat, yang dihadiri oleh Kapolres Ternate, Dandim 152 Ternate, Danlanal Ternate, perwakilan BNPB Pusat, BMKG Pusat, serta seluruh pimpinan OPD Kota Ternate.
“Rapat koordinasi ini bertujuan untuk memaksimalkan upaya penanggulangan bencana, mengikuti rekomendasi BNPB Pusat, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang,” kata Rizal saat memberikan keterangan di halaman Kantor Wali Kota Ternate, Jumat (30/8/2024).
Ia menjelaskan bahwa proses tanggap darurat yang dijadwalkan berlangsung selama 14 hari ini sudah memasuki hari ketujuh. Karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret termasuk penanganan pengungsi dan pembangunan rumah tinggal di atas lahan seluas 2,6 hektar yang telah disiapkan.
Proyek pembangunan rumah bagi korban bencana ini akan melibatkan Balai Perumahan dan Permukiman, dengan dukungan dari Komisi V DPR RI melalui Ibu Irene.
Baca juga : Trauma Healing Kepada Korban Banjir Bandang di Rua Ternate
“Proposal bantuannya telah diajukan ke kementerian, dan diharapkan dalam satu atau dua bulan ke depan, tim dari kementerian akan turun langsung untuk memulai pembangunan,” jelas Rizal.
Ia juga menambahkan meski di lapangan terdapat 25 unit rumah dan satu mushola yang rusak akibat bencana, rencana pembangunan rumah mencakup hingga 100 unit. Hal ini dikarenakan pembukaan aliran sungai memerlukan radius 50 meter di kiri dan kanan sungai, sehingga beberapa rumah warga yang berada di area tersebut dianggap rawan.
Namun, Rizal menegaskan prioritas utama saat ini adalah proses evakuasi, karena masih ada satu korban yang belum ditemukan.
“Pihak Basarnas Ternate akan melanjutkan pencarian hingga batas waktu yang telah ditentukan. Pemerintah juga terus berkomunikasi dengan keluarga korban terkait perkembangan pencarian ini,” jelasnya.
Sementara menunggu pembangunan rumah permanen untuk korban bencana, pemerintah daerah tengah mencari alternatif tempat tinggal sementara, seperti di asrama haji Ngade atau lokasi hunian lainnya.
“Kami juga berupaya mendapatkan bantuan dari BNPB untuk menyediakan hunian sementara bagi para korban,” tutup Rizal. (*)