BORERO.ID HALTENG — Institut Teknologi Bandung (ITB), melalui program Desanesha yang merupakan hasil kolaborasi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT), kembali menunjukkan komitmen dalam memberdayakan masyarakat desa di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu program unggulan itu dilaksanakan di Desa Bilifitu, Kecamatan Patani Utara, Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Provinsi Maluku Utara.
Program ini berfokus pada pengembangan teknik pengolahan produk turunan dari pala dan kelapa, dengan tujuan mendongkrak pendapatan masyarakat setempat.
Desa Bilifitu dikenal sebagai salah satu penghasil utama pala dan kelapa di Maluku Utara. Namun, potensi besar ini belum dimanfaatkan secara optimal. Melalui program Desanesha, ITB hadir membawa inovasi dan pengetahuan dalam pengelolaan hasil perkebunan tersebut. Program ini melibatkan kolaborasi antara mahasiswa, dosen, serta berbagai pihak lokal dalam melakukan pelatihan dan pendampingan yang komprehensif.
Tim pengabdian ITB yang terdiri dari Dr. Asep Hidayat, Dr. Ahim Ruswandi, Dr. Chindy Ulima Zanetta, dan mahasiswa Maryam Fitrotullah memberikan edukasi serta pelatihan terkait teknik pascapanen yang lebih baik. Pelatihan ini diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat penurunan kualitas produk yang sering dialami para petani. Tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi bahan mentah, program ini juga menitikberatkan pada diversifikasi produk.
“Masyarakat Desa Bilifitu diajarkan cara mengolah pala menjadi produk bernilai tambah seperti manisan buah pala, sirup pala, dan teh herbal,” kata Asep Hidayat kepada media ini, Kamis (22/08/2024).
Sementara, kelapa dimanfaatkan untuk menghasilkan produk turunan seperti minyak kelapa murni (VCO), briket arang, dan kopra. Dengan adanya diversifikasi ini, masyarakat diharapkan dapat menciptakan produk-produk dengan nilai jual lebih tinggi di pasar lokal maupun nasional.
Menurut Asep, program Desanesha di Desa Bilifitu dirancang bukan hanya untuk jangka pendek, tetapi juga mencakup pendampingan berkelanjutan. Pendekatan ini bertujuan memastikan bahwa ilmu dan teknologi yang diberikan benar-benar diimplementasikan secara efektif oleh masyarakat. Selain itu, tim ITB juga berupaya membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang fokus pada pengolahan produk dari pala dan kelapa.
“Melalui BUMDes ini, masyarakat dapat bekerja secara kolektif untuk meningkatkan produktivitas dan pemasaran produk mereka,” ungkapnya.
Asep menambahkan bahwa program Desanesha di Desa Bilifitu menjadi contoh nyata bagaimana perguruan tinggi dapat berperan aktif dalam membangun desa dan memberdayakan masyarakat melalui pendekatan berbasis teknologi dan inovasi. Ia juga berharap program ini dapat menjadi model bagi desa-desa lain di Indonesia dalam mengoptimalkan potensi lokal serta menciptakan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
“Dengan peningkatan kualitas dan diversifikasi produk pala dan kelapa, diharapkan pendapatan masyarakat Desa Bilifitu dapat meningkat secara signifikan. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat setempat. Program Desanesha juga menegaskan bahwa peran penting institusi pendidikan dalam mendorong pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan yang inklusif dan berkelanjutan,” tandas Asep. (*)