BORERO.ID SULA— Pembangunan Jembatan Air Fuata di Desa Fuata, Kecamatan Sulabesi Selatan, yang menelan biaya kontrak lebih dari Rp 3 miliar. Proyek ini dimulai pada 3 Mei 2020, hingga kini masih menyisakan sejumlah pekerjaan yang belum terselesaikan.
Salah satu paling mencolok adalah talud penahan banjir sepanjang 80 meter, namun hingga saat ini baru sekitar 40 meter yang selesai dikerjakan.
Pantauan langsung di lokasi menunjukkan bahwa pembangunan jembatan ini, yang dimulai pada masa pemerintahan mantan bupati Hendrata Thes (HT), belum mencapai penyelesaian penuh. Warga setempat bahkan menjadi korban karena diduga pihak kontraktor tidak membayar material warga.
Hal itu diunggapkan oleh Masrun Fokaaya, warga Desa Fuata. Ia menyatakan bahwa sebanyak 20 ret pasir miliknya yang digunakan dalam proyek tersebut hingga kini belum dibayar oleh pihak kontraktor. “Ini bukti pekerjaan jembatan yang belum selesai dikerjakan pada pemerintahan HT waktu itu. Saya punya pasir 20 ret, kontraktor belum bayar sampai ini, ” ungkap Masrun.
Hal serupa diutarakan oleh Dasmawati Buton, warga Desa Wainib, yang mengaku memiliki 60 kubik batu yang juga belum dibayar. “Kami pernah mendatangi kantor Dinas PUPR, namun tidak menemukan kontraktor atau Kepala Dinas pada waktu itu,” kata Dasmawati.
Perlu diketahui bahwa proyek Jembatan Air Fuata ini dikerjakan oleh PT Pelangi Persada Nusantara dengan nilai kontrak Rp 3.299.924.090,00 untuk tahap pertama. (*)