BORERO.ID HALBAR—Saat ini status gunung Ibu di Kabupaten Halmahera Barat (Halbar), Maluku Utara, aktivitasnya meningkat dari siaga menjadi awas. Warga di Kecamatan Tabaru terpaksa dievakuasi.
Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui pos pengamatan gunung api Ibu, sebelumnya menetapkan status gunung Ibu dari level II atau waspada di bulan September-November 2023.
Beberapa bulan kemudian naik menjadi level III atau siaga sejak bulan April hingga Mei 2024. Terkini, 16 Mei 2024, statusnya ditetapkan dari siaga menjadi level IV atau awas.
Pos pengamatan gunung Ibu merilis hasil evaluasi sejak pertengahan April kemarin, aktivitas visual dan kegempaan vulkanik menunjukkan peningkatan cukup signifikan.
“ Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik gunung Ibu. Maka gunung Ibu dinaikkan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) terhitung tanggal 16 Mei 2024, pukul 15.00 WIT,” kata petugas pos pemantau gunung Ibu, Exl Roeroe.
Baca juga : Warga Mulai Terdampak Letusan Gunung Ibu, Kemensos Bergerak
Peningkatan aktivitas gunung Ibu membuat warga di Kecamatan Tabaru harus diavakuasi. Ada sebanyak 7 Desa di Kecamatan itu terpaksa dievakuasi oleh tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halbar karena masuk dampak erupsi gunung Ibu.
Pemerintah Daerah Halbar, sebelumnya menetapkan Desa Gam Ici di Kecamatan Ibu sebagai lokasi pengungsian karena dianggap paling aman.
“ Lokasi di Desa Gam Ici lebih aman jika warga dievakuasi dari sekitar lereng gunung api. Karena itu dipilih untuk didirikan tenda pengusian dan posko darurat, ” kata Wakil Bupati Halbar, Djufri Muhammad beberapa waktu lalu.
Sejarah Letusan Gunung Ibu
Gunung Ibu di Kabupaten Halbar punya sejarah letusan dari ke tahun. Dalam catatan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merekam letusan gunung Ibu sejak tahun 1911 sampai 2019. Berikut sejarah letusan gunung Ibu yang dihimpun dari Kompas.com
1. Letusan pertama tahun 1911
Gunung Ibu diketahui meletus pertama kali pada bulan Agustus hingga September 1911. Saat itu, tidak ada penjelasan jenis dan dampak letusan tersebut. Letusan berikutnya terjadi 87 tahun kemudian, yaitu Desember 1998 yang menghasilkan sumbat lava.
2.Letusan kedua pada Desember 1998
Saat itu, penduduk Kampung Duono dan Going yang terletak 5-6 km dari puncak, mendengar suara dentuman disusul kepulan asap dari puncak Gunung Ibu. Dentuman terjadi secara sporadis, tetapi kepulan asap semakin hari semakin besar. Beberapa penduduk melaporkan hal tersebut kepada pengamat gunung api di Pos PGA Gamkonora di Kampung Gamsungi, yang terletak 25 km dari Kampung Duono
3.Letusan sepanjang tahun 1999
Pada tahun 1999, Gunung Ibu meletus sebanyak 3 kali. Letusan pertama terjadi pada bulan Januari. Tim terpadu dari Direktorat Vulkanologi melakukan pengamatan seismik serta deformasi. Asap letusan semakin besar dan sudah berubah warna menjadi kelabu.
Sebulan kemudian, tepatnya di bulan Februari, letusan kembali terjadi.Diketahui bahwa titik letusan berada di tempat di sudut utara-timur laut pada dasar kawah. Dalam peta topografi puncak Gunung Ibu, titik tersebut digambar sebagai cone. Magma sudah mencapai permukaan dan sudah membentuk sumbat, kemudian dikenal dengan sumbat lava 1999.
Letusan berlangsung secara periodik. Satu periodik berlangsung antara 45 – 60 detik dengan selang waktu 5 – 15 menit setiap siklus. Letusan ini disertai suara gemuruh seperti suara mesin jet. Sebaran material letusan berukuran abu dan pasir terbatas di sekitar puncak dan lereng. Kendati demikian, sebaran material tersebut tidak sampai ke perkampungan.
Di bulan Maret, Gunung Ibu kembali meletus. Saat itu, frekuensi letusan mulai berkurang dibandingkan sebelumnya. Adapun sumbatan lava 1999 tidak bertambah besar, volumenya 500.000 meter kubik. Pada bulan Maret tersebut stastus Gunung Ibu diturunkan dari siaga menjadi waspada. Sementara status kegiatan Gunung Ibu dinyatakan dalam aktif-normal.
4.Letusan di tahun 2001
Pada tahun 2001, tepatnya pada bulan Mei – Oktober 2001, data satelit menunjukkan adanya aktivitas vulkanik Gunung Ibu. Bahkan, sebuah foto yang diambil pada bulan Mei menunjukkan, kubah lava menutupi dasar kawah.
5.Letusan di tahun 2004
Tiga tahun berikutnya, tepatnya pada tanggal 31 Mei – 29 Agustus 2004 tercatat asap kawah putih tipis – tebal mencapai ketinggian lebih kurang 50-150 meter di atas puncak. Kubah lava yang tumbuh di dalam kawah diperkirakan terus bertambah besar. Saat itu, tingkat kegiatan Gunung Ibu berada pada tingkat waspada (level II).
6.Letusan di tahun 2008
Tahun 2008, Aktivitas kegempaan Gunung Ibu kembali meningkat. Hal tersebut sejak terekamnya gempa letusan dengan amplituda maksimum mencapai 48 mm dan lama gempa 470 detik pada tanggal 4 dan 5 April 2008. Gempa letusan Gunung Ibu terus terjadi hingga tanggal 20 April 2008. Sampai pada tanggal 21 April 2008 pukul 16.00 WIT, status kegiatan Gunung Ibu dinaikkan dari status waspada (level II) menjadi siaga (level III).
7.Letusan di tahun 2019
Gunung Ibu kembali meletus dengan ketinggian letusan bervariasi, dari 200 hingga 800 meter. Letusan abu vulkanik condong ke arah selatan. (*)